Pada dekade 50an, Bloom memperkenalkan taksonomi dalam dunia pendidikan. Menurut Bloom tujuan pendidikan dibagi atas tiga daerah, yaitu daerah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berisikan perilaku-perilaku yang menekankan pada segi intelektual seperti pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berisikan perilaku-perilaku yang menekankan pada sisi perasaan dan emosi seperti penerimaan, tanggapan, penghargaan, pengorganisasian dan karakter nilai-nilai. Ranah psikomotor berisikan perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek keterampilan motorik seperti persepsi, kesiapan, respon, mekanisme, penyesuaian dan penciptaan.
Dalam perkembangan tahun-tahun berikutnya taksonomi Bloom ini mengalami perkembangan baik dalam jumlah fase ataupun jumlah ranah. Salah satunya yang dikembangkan oleh Peggy Dettmer pada tahun 2006. Dettmer menyatakan ada 5 domain dalam tujuan pendidikan, yaitu kognitif (cognitive), affective (afektif), sensormotorik (sensorimotor), sosial (social) dan kesatuan (unified). Domain kesatuan merupakan hasil penggabungan dari keempat domain sebelumnya. Proses yang terjadi pada masing-masing domain adalah berpikir (kognitif), rasa (afektif), perasaan dan gerak (sensormotorik), interaksi (sosial) dan melakukan (kesatuan). Konten tiap domain meliputi intelektual (kognitif), emosi (afektif), fisik (sensormotorik), sosiokultural (sosial) dan holistik (kesatuan). Fungsi tiap domain adalah memperluas pikiran (kognitif), meningkatkan perasaan (afektif), mengolah indra dan gerak (sensomotorik), memperkaya hubungan (sosial) dan optimalisasi potensi (kesatuan). Adapun tujuan tiap domain, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan (kognitif), untuk mengembangkan pemahaman diri (afektif), untuk memelihara ekspresi diri, untuk menumbuhkan sosialiasi (sosial) dan kesemuanya bertujuan untuk mewujudkan pemenuhan diri (kesatuan).
Setiap domain dibagi atas 6 fase dimana keenam fase tersebut dikelompokkan dalam 3 kelompok besar. Ketiga kelompok itu adalah Pembelajaran dasar (basic learning) dengan ciri realisme (apa yang harus peserta didik ketahui), penerapan pembelajaran (applied learning) yang dicirikan pragmatisme (apa yang peserta didik lakukan), dan penggambaran pembelajaran (ideational learning) yang berkarakteristik idealisme (apa yang dicita-citakan peserta didik).
Fase-fase dalam domain kognitif adalah mengetahui (know), memahami (comprehend), penerapan (apply), analisis (analyze), evaluasi (evaluate), sintesis (synthesize), imajinasi (imagine) dan penciptaan (create). Pada domain afektif, fase-fasenya menerima (receive), menanggapi (respond), nilai (value), mengatur (organize) menginternalisasi (internalize), karakterisasi (characterize), keajaiban (wonder) dan cita-cita (aspire). Fase-fase dalam domain sensormotorik adalah mengamati (observe), meraih (react), bertindak (act), menyesuaikan (adapt), membuktikan (authenticate), menyelaraskan (harmonize(, berimprovisasi (improvise) dan berinovasi (innovate). Dalam domain sosial fasenya meliputi menghubungkan (relate), berkomunikasi (communicate), berpartisipasi (participate), berunding (negotiate), mengadili (adjudicate), berkolaborasi (collaborate), memprakarsai (initiate) dan mengubah (convert). Semua fase tersebut digabungkan dalam domain kesatuan menjadi mempersepsi (perceive), memahami (understand), menggunakan (use), membedakan (differentiate), mengesahkan (validate), mengintegrasikan (integrate), usaha (venture) dan berasal (originate).
Sumber: Dettmer, Peggy. (2006). New Blooms in Established Fields: Four Domains of Learning and Doing. Roeper Review vol 28 no.2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar